Rabu, 20 Mei 2009

Taubat

TAUBAT
Oleh Woro Ambyah

PENDAHULUAN
Tasawuf pada hakekatnya adalah ajaran tentang latihan pengendalian diri (mujahadah an-nafs) sehingga ,manusia mencapai kualifikasi akhlak yang baik yakni jiwa yang taqarrub (dekat kepada Allahj dan Ma,rifatullah (mengetahui Allah dengan Ilmu.
Menurut al-Ghazali tasawuf yang benar adalah tasawuf yang berlandaskan al-Quran dan hadits yang shahih. Oleh karena itu segala ajaran tasawuf yang tidak memiliki rujukan yang abash dianggap sebagai ajaran yang diada-adakan itu bathil.
Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Dalam kaitanya dengan manusia, tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya. Dalam kaitanya dalam kehidupan lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang dunia fana. Orang yang ahli dalam hal tasawuf disebut dengan sufi. Seorang sufi selalu berusaha untuk dekat dengan TuhanNya.
Menurut semua pihak yang mengamati ilmu tasawuf mengandung dua hal yang pokok yaitu : pertama bahwa kesucian jiwa untuk menghadap Tuhan sebagai Zat yang Maha Suci, kedua adalah upaya pendekatan diri secara individual kepadaNya. Jadi pada intinya tasawuf adalah usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga kehadiran Tuhan senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan. Hal tersebut mengacu pada pesan dalam al-Qur’an surat 87 ayat 14-15 yang artinya “sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.”

MAQOMAT
Proses jalan yang panjang menuju Tuhannya melalui beberapa proses dan tingkatan serta tahapan-tahapan yang disebut dengan maqomat. Maqomat sendiri berarti tempat , kedudukan dan tingkatan. Dalam taswuf seperti yang diungkapkan oleh Harun Nasution pakar filsafat Islam –maqomat lazim dipahami sebagai tempat pemberhentian atau stasiun dalam sebuah perjalanan panjang menuju Tuhan.
Maqomat yang harus dijalankan seorang sufi atau calon seorang sufi merupakan beberapa peringkat. Menurut Abu Bakar al-Kalkabadzi (w.380H/ 990M) sufi asal Bukhara, Asia Tengah menyebutkan tujuh maqom yang harus dilalui seorang sufi menuju Tuhan yaitu: Taubat, zuhud, sabar, tawakal, rida, mahabbah, dan ma’rifat.
Dengan adanya tinggkatan atau tangga menuju Tuhan yang cukup luas dan mencapai tujuh maqom, maka saat ini penulis hanya akan menyampaikan maqom yang pertama yaitu tentang taubat.

TAUBAT
A. Pengertian dan Hakekat Taubat
Al-Taubah berasal dari bahasa Arab taba, yatubu, taubatan yang artinya kembali. Sedangkan taubat yang dimaksud oleh kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai dengan melakukan amal kebajikan. Harun Nasution, mengatakan taubat dimaksud sufi ialah taubat yang sebenarnya, taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi. Untuk mencapai taubat yang sesungguhnya dan dirasakan diterima oleh Allah terkadang tidak dapat dicapai satu kali saja. Ada kisah yang mengatakan bahwa seorang sufi sampai tujuh puluh kali taubat, baru ia mencapai tingkat taubat yang sesungguhnya. Taubat yang sebenarnya dalam paham sufisme ialah lupa pada segala hal kecuali Tuhan. yang taubat adalah orang yang cinta pada Allah, dan orang yang demikian senantiasa mengadakan kontemplasi tentang Allah.
Taubat adalah magnet paling kuat dan berkesan untuk berubah. Seorang yang jahat akan berubah menjadi baik setelah bertaubat, seorang yang bermulut lancang akan menjadi pendiam dan beradab setelah bertaubat dan seorang yang syirik menjadi alim setelah bertaubat. Taubat adalah kembali kepada Allah dengan melepaskan ikatan perlakuan dosa-dosa secara berterus-menerus dari hati yang ikhlas kemudian segera dengan melaksanakan perintah Allah. Allah telah memerintahkan kepada seluruh orang-orang yang beriman untuk bertaubat. Allah berfirman yang artinya : “ Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman nescaya kamu beruntung.” (an-Nur, ayat 31) Allah menyifatkan orang yang tidak mau bertaubat termasuk dalam golongan yang zalim. Allah berfirman yang artinya : “Dan barangsiapa yang tidak mau bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (al-Hujurat, ayat 11)
Menurut al-Gazali taubah mengandung dari suatu pengertian yang tersusun dan terkumpul dari tiga perkara yang secara tertib yaitu : ilmu, keadaan , dan perbuatan. Ketiganya merupakan hal keharusan yang dituntut oleh berlakunya sunnatullah. Dengan ilmu ia akan mengetahui besarnya bahaya dosa yang menjadikan dinding pembatas untuk kehilangan kekasihnya. Maka dengan ilmu akan muncul segala kebaikan, hal ini termasuk yang disebut iman dan keyakinan.
Sedangkan menurut Sahl bin Abdillah At tasturi berkata : “ Taubat adalah menggantikan gerakan-gerakan yang tercela dengan gerakan-gerakan yang terpuji dan demikian itu tidak sempurna kecuali dengan menyendiri, diam, makan makanan yang halal.”
B. Perlunya Taubat
Taubat adlah meninggalkan dosa dan tidak mungkin meninggalkan dosa kecuali telah mengetahuinya. Apabila taubat itu wajib, maka apa yang tidak sampai kepadanya kecuali dengannya adalah wajib. Jadi mengetahui dosa-dosa adalah wajib, dosa ibarat dari setiap apa yang bertentangan dengan perintah Allah di dalam meninggalkan atau mengerjakan. Dan rincian demukian menuntut penjelasan semua taklik (perintah) dari permulaanya sampai akhirnya.

C. Kesempurnaan Taubat
Kesempurnaan taubat adalah adanya tanda dan bagi terus menerusnya ada syarat-syarat, maka tidak boleh tidak dari penjelasan. Hal tersebut diawali dengan adanya ilmu, nadam, dan azam mempunyai terus menerus dan kesempurnaan. Dengan Ilmu maka pandangan kepadanya adalah pandangan kepada sebab taubat dan akan datang keterangannya. Adapun nadam , maka rasa sakit hati kietika ia mengetahui hilangnya yang dicintai. Yang ditunjukkan dengan kebenaran nadam adalah halusnya hati dan mengalirnya air mata. Sehingga seyogyanya nadam itu kekal sampai mati. Sedangkan azam berkaitan erat dengan masa mendatang maka ia mengikat dengan ikatan yang kuat dan berjanji denganNya dengan janji yang dipercaya bahwa ia tidak akan kembali kepada dosa-dosa itu dan tidak pula dosa-dosa yang seperti itu.

D. Melepas Ikatan Berbuat terus-menerus dari Berbuat Dosa
Sembuhnya taubat itu tidak dapat berhasil kecuali dengan obat dan tidak mengetahui obat selain orang yang mengetahui penyakit. Karena tidak ada arti bagi obat kecuali berlawanan dengan sebab-sebab penyakit. Maka setiap penyakit yang berhasil dari suatu sebab maka obatnya adalah membuka sebab itu , menghilangkannya dan merusaknya.dan sesuatu tidak bisa rusak kecuali dengan lawanya.
Golongan orang yang bertaubat
Terdapat empat golongan orang yang bertaubat yaitu :
Pertama orang yang melakukan maksiat kemudian bertaubat dari maksiat kemudian terus kekal dalam keadaan membuat amal kebaikan. Mereka ini dikategorikan sebagai orang yang tetap dalam taubatnya dan inilah dinamakan taubat nasuha yaitu taubat yang seikhlasnya kepada Allah. Mereka ini memiliki nafsu al-Mutmainnah yaitu jiwa yang tenang dan ridha dengan ketentuan Allah. Allah mengambarkan sifat golongan ini dengan firmanNya yang asrtinya : “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan engkau berpuas hati dengan segala nikmat yang diberikan, lagi diredhai di sisi Tuhanmu.” (al-Fajr, ayat 28)
Golongan kedua adalah orang yang telah bertaubat kepada Allah dan melakukan amal kebaikan tetapi dirinya masih terikat melakukan dosa-dosa kecil yang tidak dapat dielakkan. Apabila ia terjerumus melakukan dosa, ia segera bertaubat. Mereka ini mempunyai nafsu lauwamah yaitu nafsu yang mencela orang tabah berhadapan dengan perkara-perkara tercela tanpa ada rancangan terlebih dahulu. Nafsu jenis ini biasanya terdapat pada sebagian besar orang pada zaman ini dan sebaik-baik bagi mereka adalah bertaubat.
Golongan ketiga adalah golongan yang bertaubat dan terus kekal dalam keadaan bertaubat sehingga pada suatu ketika dia tidak mengawal diri lalu terjebak dalam keadaan maksiat. Walaupun begitu dia tidak pernah lalai dengan melakukan ketaatan kepada Allah. Nafsu ini dikenali sebagai nafsu musauwamah yang bermaksud nafsu yang memperdaya.
Perkara ini dirakamkan oleh Allah dengan firmanNya yang bermaksud : “dan sebahagian mereka yang lain mengakui akan dosa-dosa mereka. Mereka akan mencampuradukkan amal-amal yang baik dengan yang lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah akan menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.” (al-Taubah, ayat 102)
Golongan keempat adalah golongan yang bertaubat dari melakukan kemaksiatan tetapi perkara ini hanya berlaku seketika. Kemudian dia kembali melakukan dosa-dosa tanpa bersegera untuk bertaubat malah terus bergelumbang dengan maksiat. Mereka ini termasuk dalam golongan nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang mengajak melakukan perbuatan keji dan menjauhkan diri dari melakukan kebaikan.

Kesimpulan
Taubat merupakan sebagai satu penyucian diri daripada segala dosa yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap Tuhannya di atas muka bumi sama ada disengaja ataupun tidak. Taubat adalah meninggalkan segala amalan maksiat yang dilakukan dan digantikan dengan amalan dan kebajikan. Seperti firman Allah yang artinya : “Katakanlah, wahai hamba-hambaKu yang telah melakukan perbuatan melampau batas ke atas diri-diri mereka, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni keseluruhan dosa, sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penerima taubat.” (al-Zumar, ayat 53). Semoga kita menjadi golongan yang bisa tahu ilmu , keadaan ,dan perbuatan yang membawa kita munuju pada yang kita Cintai ALLAH SWT.